KETIDAKBERDAYAAN SANG PASIEN
Berapa dok biayanya ? ………. Rp. xxxxx,- (jawab sang dokter)………....
Sepenggal Ilustrasi tersebut diatas merupakan salah satu bagian hubungan antara dokter dan pasien, berapapun biayanya sang pasien akan bersedia membayarnya, tidak pernah terbesit dalam pikirannya untuk tawar-menawar, yang penting baginya adalah penyakitnya segera sembuh. Demikian pula dalam lembaga medis yang ada, dengan menyatunya ilmu pengetahuan medis dan teknologi modern, lembaga medis terkadang memiliki legitimasi untuk membedakan, menentukan, atau bahkan memprediksi mereka yang tergolong “sehat” atau “sakit”.
Yang menjadi pertanyaan adalah : Dasar-dasar legitimasi dari profesi medis yang kadang kala cenderung menciptakan hubungan yang kurang seimbang (antara pasien dan dokter), otoritas yang juga berlebihan sehingga bersifat dominatif dan munculnya ketidakberdayaan (empowering) pasien bila berhadapan dengan profesi ini.
Perlu adanya pemahaman reflektif atas aspek-aspek politik atau ekonomi politik yang menyertai lembaga medis dan perlu adanya peningkatan kesadaran pada masyarakat akan posisinya sehingga terdorong melakukan emansipasi dengan cara melenyapkan sifat dominatif dari lembaga medis, yang akhirnya posisi tawar menawar (bargaining position) antara pasien dan profesi medis (dalam hal ini dokter) menjadi seimbang.
Langkah konkret yang dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka menghadapi medikalisasi kehidupan dalam sistem masyarakat kapitalis (dalam hal ini menyongsong swastanisasi dan industrialisasi kesehatan) adalah dengan meningkatkan kesadaran kritis warga masyarakat dalam hal kesehatan. Ini merupakan upaya merealisasi seruan Alma Alta (1978) bahwa seyogyanya layanan kesehatan bukan semata-mata untuk lapisan yang sehat secara struktural tetapi untuk semua lapisan masyarakat. Langkah-langkah penyadaran ini dapat terlaksana apabila terjadi komunikasi yang dialogis antara perumus kebijakan kesehatan dan masyarakat sipil.
Kalau keempat langkah itu dapat dilakukan tanpa hambatan politis, sebenarnya program-program kesehatan dilakukan dengan cara 3D, yaitu : Dialogue-Determination-Doing demi terwujudnya kesadaran kritis masyarakat sehat dalam pengertian positif. Apabila self empowerment telah muncul di kalangan masyarakat, kebijakan swastanisasi dan industrialisasi medis dapat diantisipasi sehingga kebijakan itu dapat melayanai semua lapisan, bahkan tidak justru menimbulkan penyakit baru (penyakit sosial dan struktural).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar